Warung Bakmi Jowo Mbah Gito

Penulis narsis sebentar di depan warung Bakmi Jowo Mbah Gito

Penulis narsis sebentar di depan warung Bakmi Jowo Mbah Gito

Magrib telah lewat, saat terdengar ketukan di pintu kamar hotel yang saya tempati. Hotel Rose In yang ada di daerah Bantul, Yogyakarta. ” Mas, makan malam yuk,” satu suara terdengar di balik pintu.

Saya pun cepat beranjak dari aktivitas leyeh-leyeh di atas tempat tidur. Dingin AC, membuat saya agak malas-malasan beraktivitas. Pintu pun terbuka. Di depan nampak Ikbal mematung. ” Makan yuk, anak-anak sudah menunggu di lobi,” kata Ikbal.

Ikbal adalah staf di bagian Humas Kementerian Dalam Negeri. Saya ada di Bantul memang atas undangan Kementerian Dalam Negeri untuk meliput hari otonomi daerah ke-20 yang digelar di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Acara peringatan hari otonomi sendiri sudah dilakukan pagi hingga siang hari. Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Menteri Dalam Negeri, Tjahjo Kumolo hadir di acara tersebut.

” Oh, saya siap-siap yah,” kata saya. Ikbal pun berlalu menuju lobi.

Segera saya ganti celana pendek dengan celana panjang. Pakai sepatu. Ambil tas kecil, dan memasukan handphone. Setelah itu langsung bergegas menuju lobi. Di lobi, beberapa teman saya, para wartawan dari beberapa media sudah menunggu. Ada yang duduk-duduk. Ada pula yang menunggu di teras lobi hotel sambil merokok.

” Ayo kita makan malam,” kata Pak Acho Maddaremmeng, Kepala Bagian Humas Kementerian Dalam Negeri yang jadi kepala rombongan.

Memakai dua mobil, kami pun meluncur ke arah kota Yogyakarta. Saya satu mobil dengan Pak Acho, bersama Carlos, wartawan Suara Pembaruan. Di dalam mobil, Pak Acho bertanya kepada supir yang mengantar kami. ” Pak, anak-anak kan mau makan bakmi Kadin, tapi kayaknya cari lagi bakmi yang enak. Di mana itu? Bapak tahu?,” kata Pak Acho.

Pak Wawan, supir yang menyetir mobil yang kami tumpangi langsung menjawab. Katanya ada tempat bakmi godog yang enak. Mobil kami meluncur di depan, bertindak sebagai mobil pemandu. Sementara satu mobil lainnya mengekor di belakang, mengikuti.

Mobil pun meliuk di jalanan. Suasana Yogya malam itu, tak begitu ramai. Jalanan juga, tak terlalu padat. Motor-motor berseliweran di jalan raya. Lampu-lampu sudah berpendar, karena malam makin merambat. Mobil yang ditumpangi pun masuk ke sebuah jalan yang tak begitu lebar. Sepertinya sebuah perkampungan. Hingga kemudian mobil berhenti di sebuah bangunan rumah. Di depan rumah, beberapa mobil dan motor tampak terparkir.

Di depan rumah tersebut, tampak komplek kuburan. Ternyata itu warung bakmi godog pilihan Pak Wawan. Di depan warung tergantung plang terbuat dari kayu, bertuliskan ” Warung Bakmi Jowo Mbah Gito, Jl Nyi Ageng Nis, Peleman, Rejowinangun.”

Warung bakmi arsitekturnya unik, semua dari kayu. Masuk ke dalam, semua didominasi oleh kayu. Pun tempat makannya. Kombinasi kayu dan bambu. Uniknya tempat makan berupa ruangan yang di sekat oleh batang-batang kayu yang dibiarkan apa adanya, tanpa dipoles dan diserut. Jadi, warung bakmi lebih mirip gubuk besar. Menurut Pak Wawan, dulunya warung bakmi adalah kandang sapi. Makanya, tampak seperti gubuk. Warung Bakmi Jowo Mbah Gito sendiri ada di Jalan Nyi Ageng Nis, Peleman, Rejowinangun, Yogyakarta seperti yang tertera di plang depan warung.

Warung Bakmi Jowo Mbah Gito dulunya kandang sapi

Warung Bakmi Jowo Mbah Gito dulunya kandang sapi

Suasana di depan Bakmi Jowo Mbah Gito

Suasana di depan Bakmi Jowo Mbah Gito

Asyiknya makan rame-rame di Bakmi Jowo Mbah Gito

Asyiknya makan rame-rame di Bakmi Jowo Mbah Gito

Kami pun akhirnya dapat ruang untuk makan. Mejanya memanjang. Kursinya dari bambu. Yang menarik lagi, semua pelayannya pakai blangkon dan berbaju khas Jawa yakni baju surjan. Setelah semua duduk, pelayanan membawa daftar menu dan berdiri mematung sambil memegang notes untuk menuliskan pesanan.

Saya sendiri memesan bakmi special dengan mie kuning. Minumnya saya pesan wedang ewuh. Penasaran saya, seperti apa wedung ewuh. Sementara yang lain, ada yang pesan bakmi godog, ada yang bakmie goreng.

Tidak berapa lama pesanan satu persatu datang. Pun pesanan saya. Satu mangkuk bakmi begitu menggiurkan. Masih panas. Asap tipis meruap dari mangkuk. Tak sabar ingin segera melahapnya. Pesanan wedang ewuh datang setelah itu.

Bakmi godog spesial dan wedang ewuh, menu andalan di Bakmi Jowo Mbah Gito

Bakmi godog spesial dan wedang ewuh, menu andalan di Bakmi Jowo Mbah Gito

Wuihh, tampilan wedang ewuh benar-benar unik. Minuman wedang di wadahi gelas. Di dalamnya ada campuran bermacam-macam bahan, serutan kayu manis, jahe, batang lengkuas dan daun salam. Benar-benar unik dan menarik.

Dengan lahap saya pun sekejap saja menandaskan bakmi godog. Hangat dan nikmat. Setelah bakmi habis, saatnya menikmati wedang ewuh. Saya seruput perlahan. Oh Tuhan, nikmatnya bukan main. Badan langsung hangat, begitu wedang ewuh melewati tenggorokan. Minuman yang benar-benar menghangatkan badan. Sangat cocok diminum malam-malam.

” Mas kamu tahu wedang ewuh? Itu minuman sampah,” tiba-tiba Pak Acho nyeletuk.
” Loh kok bisa Pak?” saya heran mendengarnya.

Menurut Pak Acho, ewuh adalah bahasa Jawa. Jika dalam bahasa Indonesia artinya sampah. ” Ewuh itu artinya sampah. Coba tanya pelayan,” kata Pak Acho.

Seorang pelayan yang sedang lewat, saya panggil. Saya pun menanyakan arti ewuh, apa benar artinya sampah. ” Mas ewuh artinya apa?” tanya saya.

Si pelayan yang berblangkon dan berbaju surjan langsung menjawab. ” Benar mas, ewuh artinya sampah.”
” Benar kan artinya sampah,” Pak Acho langsung menimpali.

Biarlah artinya sampah, tapi minuman itu sangat nikmat. Manis berpadu dengan pedas jahe. Sungguh menghangatkan badan. Ditambah makan bakmi pula. Sebuah padanan yang sempurna. Warung Bakmi Jowo Mbah Gito sendiri menurut Pak Wawan, adalah salah satu warung bakmi godog paling tenar di Yogyakarta. Pengunjungnya selalu ramai. Buka dari jam 11.00 siang sampai dengan pukul 23.00 malam. Saya sepakat dengan Pak Wawan. Warung Bakmi Jowo Mbah Gito layak dinobatkan sebagai ikon kulinernya Yogyakarta. Unik, dan menu bakminya juga nikmat. Soal harga juga jangan khawatir. Saya sempat melirik bon tagihan yang dipegang Pak Acho. Hanya 416 ribu untuk makan dan minum 10 orang. Murah kan..

Suasana di dalam warung Bakmi Jowo Mbah Gito

Suasana di dalam warung Bakmi Jowo Mbah Gito

Buka dari jam 11.00-23.00, Bakmi Jowo Mbah Gito selalu ramai pengunjung

Buka dari jam 11.00-23.00, Bakmi Jowo Mbah Gito selalu ramai pengunjung

comments powered by Disqus

Related Posts

Gudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat

Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Read more

Kendati Sudah Mereda, Tips Wisata Usai Pandemi Ini Tetap Perlu Kalian Terapkan

Meski sudah ada pelonggaran, ada beberapa tips wisata usai pandemi yang perlu menjadi perhatian. Kesehatan tetap merupakan urusan utama yang perlu mendapat kepedulian tinggi, termasuk faktor-faktor penting yang lain.

Read more

Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Asik Untuk Belajar Seni dan Budaya Nusantara

Di ujung selatan Jl. Malioboro, Yogyakarta terdapat titik nol kilometer kota tersebut. Di sini pula ada banyak sekali simbol-simbol budaya dengan cerita dan kisah sejarah yang teramat panjang.

Read more