Ucok Durian, Penyempurna Kunjungan ke Medan

 

Belum ke Medan, jika tak ke Ucok Durian

Belum ke Medan, jika tak ke Ucok Durian

” Belum ke Medan, bila tak singgah ke Ucok Durian,” begitu kata kawan saya yang orang Medan. Saya penasaran, apa istimewanya Ucok Durian. Palingan, hanya tempat makan durian, pikir saya. Namun rasa penasaran menyelinap.

Dan, pucuk dicinta ulam pun tiba. Pada bulan Juli 2015, saya dapat tugas dari kantor untuk meliput kegiatan Menteri Dalam Negeri di Medan, Sumatera Utara. Tentu, ini kesempatan untuk membuktikan kata-kata teman saya. Pikiran pun langsung melayang ke Ucok Durian. Dalam hati saya niatkan, jika ada waktu senggang, Ucok Durian, adalah salah satu tempat yang akan saya kunjungi pertama kali.

Usai melakukan peliputan, saya ditemani Kepala Pusat Penerangan Kementerian Dalam Negeri, Dodi Riyatmadji langsung meluncur ke Ucok Durian. Setelah magrib menjelang isya, kami menuju ke Ucok Durian.

Saat tiba di Medan, Pak Dodi memang sejak awal mau mengajak wartawan yang ikut meliput ke Medan mencicipi durian di Ucok Durian. Ini seperti peribahasa, pucuk dicinta ulam pun tiba. Ajakan Pak Dodi, sulit untuk ditolak.

” Nanti ke Ucok Durian yah,” kata Pak Doddy, saat kami baru tiba di Medan.

Saat kami tiba, Ucok Durian sudah ramai dengan pengunjung. Mobil terpakir di pinggir jalan. Ucok Durian sendiri ada Jalan Sei Wampu, Medan Baru. Bangunannya cukup mencolok didominasi oleh warna kuning dan hijau. Meja dan kursi berderet di teras rumah yang disulap jadi tempat makan durian para pengunjung.

Suasana ramainya pengunjung di Ucok Durian

Suasana ramainya pengunjung di Ucok Durian

Setelah memarkirkan mobil, kami langsung bergegas masuk, mencari meja dan kursi yang kosong. Gunungan durian menggunung di ujung bangunan. Bau wangi durian menguar hingga keluar. Baunya sungguh menggoda. Kami mampir dulu di gunungan durian untuk memilih durian yang akan kami santap. Setelah memilih durian, kami langsung menuju meja dan kursi.

Tidak berapa lama, pelayan Ucok Durian sudah menghampiri kami. Tangannya telah menenteng beberapa buah durian yang sudah dibelah. Wangi bau buah durian sungguh menusuk hidung. Rasanya ingin cepat-cepat melahap legit manis daging buah durian.

Durian-durian yang sudah dibelah pun langsung dihidangkan di atas meja. Dengan tak sabaran, kami pun langsung mencomot satu persatu biji durian. Dan, betapa legit dan manisnya daging durian. Seperti kesetan, durian-durian pesanan pertama tandas sudah. Pak Dody pun langsung memesan lagi. Tak menunggu lama, pelayanan Ucok Durian sudah membawa durian pesanan kedua.

” Habiskan lagi mas,” kata Pak Dody.

Sambil makan durian, supir yang mengantar kami bercerita tentang Ucok Durian. Katanya, dulu Ucok Durian hanyalah sebuah tenda kaki lima di pinggir jalan. ” Dulu dagangnya di Jalan Iskandar Muda, Medan”,kata dia.

Tapi seiring waktu, Ucok Durian terus berkembang. Penggemarnya makin banyak. Hingga kemudian, Ucok Durian jadi salah satu ikon kuliner Kota Medan. Sekarang Ucok Durian sudah besar, bukan lagi tenda kaki lima. Namun sudah menempati tempat permanen, sebuah rumah besar yang disulap jadi tempat makan. Tempatnya enak, nyaman dan cukup luas.

Buka 24 jam, Ucok Durian jadi salah satu ikon kuliner Kota Medan

Buka 24 jam, Ucok Durian jadi salah satu ikon kuliner Kota Medan

Dan tak usah khawatir bila ingin makan durian lewat tengah malam. Menurut Pak supir, Ucok Durian buka 24 jam. Selalu ramai. Anak-anak muda Medan, sering menghabiskan malam di Ucok Durian. Apalagi jika malam Minggu, pengunjung bisa membludak. Harganya pun menurut saya tak terlalu mahal. Satu durian harganya sekitar 40 ribu. Dan, daging durian pun sangat nikmat. Tidak anyem, tapi manis legit.

Jadi, jika sempat mampir ke Medan, jangan lupa singgah ke Ucok Durian. Dan, bagi penggemar durian, wajib hukumnya ‘sowan’ ke Ucok Durian. Bila tak mampir, akan menyesal kemudian.

comments powered by Disqus

Related Posts

Gudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat

Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Read more

Kendati Sudah Mereda, Tips Wisata Usai Pandemi Ini Tetap Perlu Kalian Terapkan

Meski sudah ada pelonggaran, ada beberapa tips wisata usai pandemi yang perlu menjadi perhatian. Kesehatan tetap merupakan urusan utama yang perlu mendapat kepedulian tinggi, termasuk faktor-faktor penting yang lain.

Read more

Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Asik Untuk Belajar Seni dan Budaya Nusantara

Di ujung selatan Jl. Malioboro, Yogyakarta terdapat titik nol kilometer kota tersebut. Di sini pula ada banyak sekali simbol-simbol budaya dengan cerita dan kisah sejarah yang teramat panjang.

Read more