Jalan-jalan ke Pangandaran dan Green Canyon

Ini sebenarnya cerita minggu lalu. Niatnya sih long weekend kemaren (17-21 Mei) emang mau pulang kampung. Masa nengok orang tua cuman setaun sekali. Tapi tiada disangka, beberapa teman kantor begitu antusias pengen ikut.

Iya sih, mereka mah pengennya liburan, sebab denger-denger katanya di kampung saya ada pantai indah bernama Pangandaran. Padahal udah saya jelasin, walaupun sama-sama Ciamis, sebenarnya dari kampung saya ke Pangandaran itu jauh banget. Ada kali 3 jam perjalanan, sama aja kayak ke Bandung.

Tapi ya sudah, mungkin mereka udah trauma beberapa kali ngerancanain jalan-jalan, ke Jogja lah, Ujung Genteng, Bintan, gak jadi. Akhirnya dengan rencana seadanya, ngedadak banget, cuman sehari sebelumnya, disepakatilah untuk liburan ke Pangandaran plus Green Canyon.

Jadinya ada 8 orang yang daftar termasuk saya. Sebagian besar anggotanya sama waktu ke Bali dahulu, jadi lumayan rame. Seorang teman bersedia meminjamkan mobil sekaligus jadi sopir. Sebelumnya sudah saya ingetin jalan menuju kampung saya itu berliku-liku, lagipula saya bener-bener gak tahu jalan di sana, apalagi Pangandaran. Terakhir ke Pangandaran tuh kelas 3 SD, pas lagi ada acara Pramuka Siaga, kemping disana.

politie Walaupun dengan persiapan mendadak dan seadanya, jadi juga berangkat. Singkat kata, sekitar jam 12 malem berangkat dari kantor pusat. Jadinya hanya 7 orang yang berangkat. Seorang lagi mengundurkan diri pada detik-detik terakhir. Hal ini merupakan anugerah karena ternyata mobil-nya hanya cukup buat 7 orang.

Alhamdulillah perjalanan Jakarta-Ciamis lancar. Kami tiba di Ciamis sekitar jam 6 pagi. Dari kota Ciamis ke rumah saya (arah Kawali) sekitar 30 menitan dengan jalan yang tidak kalah berliku-nya. Sampai di rumah tercinta, istirahat sebentar, dan sarapan.

Sekitar jam 9-an langsung cabut ke Pangandaran. Tujuan pertama sebenarnya adalah Green Canyon di Cijulang, namun untuk sampai di Cijulang kami harus melewati Pangandaran. Jarak Pangandaran – Cijulang tidak terlalu jauh, hanya sekitar 31 Km, jadi bisa ditempuh dalam 1/2 jam berkendaraan.

Oh iya, kami sempat mampir di gardu Polisi Ciamis, ramah tamah dengan Pak Polisi yang mengingatkan kami yang salah ngambil jalan belok kanan, kemudian menyelipkan duit 50 rebu sebagai tanda mata kepada beliau…

Green Canyon

Tiba di Cijulang sekitar jam berapa ya, lupa lagi, klo gak salah sih jam 14:30-an. Sepi sekali disana, hampir tidak ada tanda-tanda kehidupan, tempat parkir pun hanya terisi beberapa kendaraan. Kami pun masuk ke dermaga (demikian tulisannya) dimana terdapat perahu-perahu yang akan mengantar menyusuri sungai menuju Green Canyon.

Satu perahu disewakan Rp. 70.000 untuk maksimal 5 orang. Sayang sekali jumlah kami nanggung 7 orang, gak bisa di-nego, akhirnya terpaksa dibagi dua. Padahal kayaknya tuh perahu muat juga buat 7 orang, namun yah gpp bagi-bagi rezeki sama perahu lain. Menurut si Akang tukang perahu-nya lama perjalanan sekitar 45 menit bulak-balik dan bebas minta berhenti dimana aja, klo mau turun atau sekedar poto-poto.

Green Canyon itu bahasa kerennya Cukang Taneuh (Jembatan Tanah). Entah mengapa jadi Green Canyon. Jadi diatas sungai itu seperti ada jembatan tanah (dulu, sekarang sih udah gak kayak gitu lagi), terus mata air mengucur seperti hujan dari atas, sementara sinar matahari sore itu menerobos disela-sela lembah. Indah juga sih, pengalaman naik perahu-nya juga kayak di pilem-pilem Discovery Channel tentang sungai Amazon gitu deh.

berperahugreencanyon Sayangnya waktu itu pas masih musim hujan. Menurut si Akang tukang perahu, jika musim kemarau sebenarnya lebih asyik lagi, karena bisa dipersilahkan turun dan berenang sampai ke daerah hulu sana. Emang sih waktu itu air sungai-nya agak kotor kecokelatan.

Sudah bosan poto-poto, perahu balik lagi ke dermaga. Minum es kelapa sebentar sambil istirahat si sebuah warung lesehan yang tidak kalah sepinya.

Sekitar jam 5 kami balik ke Pangandaran. Di pintu tiket (lupa euy bayar berapa), sudah ada seorang Bapak nawarin penginapan. Ya udah, karena males nyari-nyari sendiri akhirnya kami ikutin saja si Bapak itu. Dia nawarin satu rumah istirahat, 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, satu ruang tengah + TV, lokasi dekat pantai seharga 150 rebu semalem. Lumayan lah.

Tadinya sih kami gak ada niat buat nginep di Pangandaran, karena rencanaya hari itu hanya Green Canyon, terus balik ke rumah saya, terus besoknya baru ke Pangandaran lagi. Namun setelah merasakan sendiri perjalanan berliku nan melelahkan 3 jam dari rumah ke Pangandaran siapapun pasti akan melupakan rencana bodoh itu. Untungnya saya udah antisipasi bawa baju ganti, sementara yang lain nggak, hahaha, jadi pada belanja kaos + kolor di sekitar pantai.

Setelah beres cek-in penginapan, saatnya menikmati sunset. Lokasinya di Pantai Barat, pantainya luas nan landai hampir mirip Kuta dikit lah, cuman gak terlalu rame. Pangandaran setahu saya dulu sih lumayan rame, banyak turis asingnya. Pasca tsunami jadi sepi begini.

sunsetpangandaran1 Menikmati sunset-nya gak terlalu lama, makin malam makin gelap. Anehnya jalan kendaraan pinggir pantai juga penerangannya minim sekali, gelap banget. Jadinya kayak kurang terurus begitu.

Setelah cape, istirahat dengan harapan besok pagi bisa dapet sunrise. Yang bangun pagi itu cuman 3 orang termasuk saya (yang pada bawa kamera, niat lihat sunrise), yang lain masih terlelap karena semaleman maen kartu boong-boongan.

Tapi karena kurang informasi, jadinya gak dapet tuh sunrise, harusnya kami jalan atau naek sepeda ke Pantai Timur, bukannya maen-maen terus di Pantai Barat. Ya sudah lah gpp, lagian ngejar sunrise kok jam 6 pagi.

Cagar Alam Pananjung

Pagi ini rencananya ke cagar alam Pananjung. Untuk bisa kesana sebenarnya bisa dengan jalan kaki, sewa motor trail mini atau sepeda, atau naek perahu. Akhirnya disepakatilah kami naek perahu. Tawar menawar sama si Akang tukang perahu, Rp 100 rebu untuk cuman nganterin ke Pasir putih kemudian dipandu masuk ke Cagar Alam. Deal.

Entah mengapa setiap main ke pantai pasti ada yang minta dibantuin dorongin perahu. Dulu waktu di Benoa sehabis scuba diving karena surut. Sekarang di Pangandaran juga disuruh bantuin dulu dorong perahu ke pantai. Asyik aja sih, daripada dorong mobil penuh polusi mendingan dorong perahu, ciprat-cipratan air.
dorongperahu

Kami gak ngeh kalau waktu itu lagi pasang. Kata si Akang-nya biasa kalau Jum’at Kliwon emang suka gede-gede ombaknya tapi gpp katanya. Ya udah kami pun pasrah, tapi tuh perahu gak maju-maju, karena kebawa terus ke pantai. Jadinya kayak naek kora-kora, maju mundur. Akhirnya dengan bantuan tenaga mesin kami membelah obak gede itu. Seru sekali waktu membelah ombak itu, basah kuyup semua, untung kamera saya gpp. Dua orang teman saya yang paling depan malah kacamata-nya sampe kelempar kebelakang, untung ketemu.

Pas di tengah-tengah laut, perahu berhenti, si Akang menawarkan lagi opsi penambahan objek wisata dengan menambah uang tentunya, jadi total 200 rebu. Yah daripada ntar kenapa-napa, setuju aja. Ternyata objek wisata di lautnya dikit, atau memang karena sedang pasang jadinya gak bisa lebih jauh.

naekperahu Akhirnya kami diturunkan di pasir putih (pantai barat atau timur??) tempat masuk ke cagar alam Pananjung. Dengan dipandu si Akang perahu tadi, kami jalan-jalan menyusuri cagar alam. Di dalam cagar alam ada beberapa objek diantaranya tempat konservasi Banteng, tapi yg terlihat hanya rusa, Gua Panggung, batu Kalde, dll. Yang pasti sih ada banyak monyet juga di sepanjang jalan, jadi hati-hati sama barang bawannya.

Sekitar jam 11:00 petualangan di Cagar Alam berakhir, kami kembali ke Pasir Putih, dan menunggu perahu menjemput. Sambil menunggu, ada beberapa penjual minuman, rujak dan gado-gado bakul yang menghampiri. Wah moment yang pas, haus, cape, dan lapar. Saat itulah saya merasakan rujak buah ternikmat, segar sekali, apalagi sambil menikmati hamparan pasir putih di bawah sana.

 

Perahu yang menjemput sudah tiba, kembali lagi ke Pantai Barat. Gak sempet renang dan main ombak kayak di Dream Land. Jam 12:00 sudah harus check-out. Ya sudah berakhirlah liburan kami di Pangandaran. Walapun belum selevel Bali (mungkin karena pasca tsunami), tapi tetep seru kok. Hanya saja suasana ‘liburan’ nya gak terlalu kerasa disana, kalau di Bali pas banget tuh ‘Everyday is Sunday’, padahal waktu ke Bali jelas-jelas hari kerja, hahaha.

ngarujak Pangandaran masih perlu berbenah, semoga saja segera bangkit kembali Pantai Indah Pangandaran.

Sore tiba kembali ke rumah. Teman-teman yang lain langsung pulang kembali sekitar jam 8 malem, ada yang ke Bandung dan Jakarta. Saya sih nerusin liburan di rumah, lumayan masih ada satu hari. Hehe makasih udah nganterin saya pulang kampung.

Sedikit Catatan

Jika liburan bareng temen pengen jadi, rencananya jangan kelamaan, kadang lebih baik ngedadak, langsung berangkat. Kalau mau jauh-jauh hari langsung pesen tiket dari sekarang biarpun nanti jatohnya hari kerja, jadi gak ada yang bisa menghindar.
Penginapan di Pangandaran banyak, bisa booking dulu onlen atau go show saja.

Poto-poto lain hasil jepretan, Saya, IQ, Wanto

comments powered by Disqus

Related Posts

Gudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat

Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Read more

Kendati Sudah Mereda, Tips Wisata Usai Pandemi Ini Tetap Perlu Kalian Terapkan

Meski sudah ada pelonggaran, ada beberapa tips wisata usai pandemi yang perlu menjadi perhatian. Kesehatan tetap merupakan urusan utama yang perlu mendapat kepedulian tinggi, termasuk faktor-faktor penting yang lain.

Read more

Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Asik Untuk Belajar Seni dan Budaya Nusantara

Di ujung selatan Jl. Malioboro, Yogyakarta terdapat titik nol kilometer kota tersebut. Di sini pula ada banyak sekali simbol-simbol budaya dengan cerita dan kisah sejarah yang teramat panjang.

Read more