Tour to Bali: Rencana Besar

Rencana Besar

Saya kurang tahu siapa yang mencetuskan ide ini pertama kali. Hanya saja sekitar dua bulan yang lalu ketika masuk ruangan tempat kerja, anak-anak lagi pada ribut tentang adanya tiket superhemat dari maskapai AirAsia dengan tujuan Denpasar.

Karena timing-nya kurang tepat pada awalnya saya rada menolak rencana itu. Pertama, kondisi keuangan belum stabil setelah pembelian laptop itu, tabungan menipis. Kedua, pesan tiketnya jauh-jauh hari, sementara belum tentu pada hari H keberangkatan itu kita bener-bener free dari kerjaan (hehe yang ini sih gak gitu masalah sebenernya).

Namun ada dorongan lain yang lebih kuat: Pertama, ini adalah kesempatan pertama kali nyobain naik pesawat (sumpah, blom pernah). Kedua, ya tujuannya Bali! Bisa maen di Dufan aja sudah luar biasa bagi saya. Sekarang Bali, kata orang-orang kan ini Pulau Dewata, semua keindahan ada disini.

Bahkan nama Bali lebih terkenal di mancanegara daripada Indonesia. Bolehlah refreshing sekali-sekali, sebagai programmer disini kesempatan untuk keluar kantor sangat jarang, bahkan ikut seminar pun tidak dianjurkan. Paling kalau ada pengenalan program baru ke cabang-cabang itupun kalau beruntung dapet proyek yang ada sisi client-nya.

Ketiga, denger-denger sekarang di Bali banyak banget turis Jepang, hehe siapa tau ada yang kawaii trus bisa diajak kenalan dan ngobrol. Tuh kan dorongan untuk ke ikut serta-nya lebih banyak, maka daripada itulah akhirnya diputuskan saya ikut pesen tiket bareng-bareng. Yang lebih mencengangkan adalah semua orang satu ruangan pada ikut, padahal kita berangkat bukan di hari libur loh..

Makanya kita sebut ini rencana besar, tidak ada orang lain yang tahu kecuali mereka yang ikut mesen tiket.

Keberangkatan

Akhirnya setelah sekitar dua bulan menunggu, tiba juga saatnya berangkat ke Bali. Rencana sudah disusun matang, kita akan berangkat dari bandara Soekarno Hatta jam 19:00 tujuan Denpasar. Karena rencananya kita akan berlibur selama empat hari maka packing barang-barang terutama pakaian menjadi sangat penting. Untung saja saya sempat browsing dulu dan menemukan beberapa tips jitu packing.

Dengan satu backpack akhirnya muatlah semua pakaian dan perlengkapan lain selama 4 hari, kesannya biar kayak backpacker itu loh (padahal pas berangkat pakaiannya masih kantor, jadi gak matching). Pada waktu packing ada satu lagu yang saya puter terus menerus “Leaving on a Jetplane”.

Kita sepakat untuk meninggalkan kantor sekitar jam 15:00 dan saat itu harus sudah dipastikan nggak ada lagi kerjaan. Sekitar jam 15:30 kita berangkat ke Sooekarno-Hatta, walaupun boarding jam 19:00, tapi daripada ntar kejebak macet ya mending datang awal banget. Sekalian jalan-jalan di Bandara, kan baru sekali ini saya ke Bandara, hohoho.

First Flight

Masih dengan backsound Leaving on a Jetplane yang mengiang-ngiang di kepala, saya rada dag-dig-dug deg-degan waktu memasuki kabin pesawat. Tapi jika diingat-ingat jumlah kecelakaan pesawat itu relatif sedikit dibandingkan dengan kecelakaan kendaraan darat (data dari mana nih??), hanya saja sekali ada kecelakaan pesawat pasti rame sekali diberitakan dimana-mana.

Ya, penerbangan itu harus perfect, begitu kata Kouda-san di dorama Good Luck. Tidak hanya cabin attendance, pilot & co-pilot yang bertanggung jawab terhadap keselamatan, kita sebagai penumpang pun ikut bertanggung jawab. Oleh karena itu patuhilah semua peraturan, jika diminta mematikkan telepon genggam segeralah matikan.

Sengaja saya memilih tempat di dekat jendela supaya bisa melihat pemandanga luar. Di sebelah (bangku ketika) ada seorang cewek bule cakep yang baca buku terus, tapi sesekali senyum kecil ketika ngelihat kenorakan saya dan teman sebelah.

Sayangnya karena malam hari jadi yang terlihat hanya lampu-lampu saja, tapi justru itu yang membuat pemandangan malam begitu indah. Alhamdulillah tidak terjadi apa-apa selama penerbangan, sensasi yang paling terasa mungkin hanya pada saat take-off saja, ketika pesawat menaikkan kecepatannya dan akhirnya lepas landas.

Lama-lama pemandangan malam kota Jakarta terlihat mengecil hingga akhirnya tak terlihat lagi ketika lampu kabin dinyalakan kembali. Hei.. apakah saya bener-bener sudah terbang? Ternyata ketika pesawat sudah stabil diatas tidak ada yang terasa, seperti diam, hanya suara bising mesin saja, kadang seperti melewati jalanan yang tidak rata, katanya sih kalau menabrak awan. Sesekali saya harus menelan ludah sendiri untuk, menghilangkan tekanan udara di telinga.

Denpasar, here we come!!!

Setelah hampir 1 jam di atas mulai terasa pesawat menurunkan ketinggiannya. Sang pilot mengumumkan bahwa sebentar lagi pesawat akan landing di Ngurah Rai, sabuk pengaman harap dipasang, lampu kabin mulai dimatikan. Ketika menengok keluar melalui jendela, tampaklah deburan ombak dengan buih putihnya yang kontras di kegelapan malam, indahnya.

Naik pesawat yang bikin deg-degan ya pas take-off sama landing, apalagi ini deket banget sama laut…. Alhamdulillah selamat sampai juga di daratan :D, poto-poto bentar trus nyari taksi deh menuju tempat nginep. Oh iya karena kita pikniknya pake paket hemat jadi gak pake penginepan ato hotel-hotelan, beruntung sekali ada teman yang punya sodara di Denpasar jadinya kita nginep disana, tempatnya cukup luas, satu kamar bisa menampung 10 orang tiduran.

comments powered by Disqus

Related Posts

Tour to Bali: Day 4

Hari terakhir di Bali, tidak terasa sudah empat hari. Rencananya hari ini kita akan main watersport. Saya sih dari dulu pengen nyobain parasailing, pengen nyobain gimana rasanya terbang bebas hanya berbekal parasut yang ditarik sama speedboat.

Read more

Tour to Bali: Day 3

Hari ketiga tidak ada pantai-pantaian. Beruntung saya sudah lumayan puas main ombak di Dreamland, tapi masih pengen…. Rencana hari ini adalah ke tempat jauh.

Read more

Gudeg Adem Ayem Solo, Lezat dan Menjadi Langganan Tetap Para Pejabat

Rumah Makan (RM) Adem Ayem Solo berhadapan langsung dengan rumah dinas walikota Surakarta atau Loji Gandrung. Tepatnya di Jl. Slamet Riyadi 342, Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta.

Read more