Melongok negeri seberang #6: Malaysia (end)

Kuala Lumpur

Under the rain, looking for equator line…

Agak berlebihan nih intro-nya. Tapi bener juga kok, pas nyampe di LCCT Kualalumpur dari Phuket, langit sudah mendung. Akibatnya pas kita nyampe di KL Sentral Station hujan sudah turun. Karena ngejar waktu terpaksa kita hujan-hujanan nyebrang buat nyari Monorail Station dengan tujuan Imbi, tempat hostel Equator berada.

Dari petunjuk yang didapat dari internet disebutkan alamatnya ada di lorong sekian nomor sekian. Jadinya kita kira ada di dalam gang gitu. Petunjuk pertama yaitu Jingga Cafe sudah terlihat ketika keluar dari statiun monorail Imbi. Jadilah kita hujan-hujanan lagi mulai menyusuri jalan kecil sebelahnya.

Gak nemu tanda-tanda adanya hostel, nanya ke sebuah rumah makan yang ternyata pegawainya orang Padang sama Bandung, gak tau juga mereka. Baru ada pencerahan ketika nanya ke seorang pakcik India.

Ternyata Equator itu pas banget di pinggir jalan gede, tepat di seberang mall Timesquare (west entrance), halah gak perlu deh masuk-masuk gang dulu. Sampai hostel basah deh, untung saja disambut dengan ramah oleh pengelola hostelnya. Disini kita sudah booking tiga bed di sebuah dorm yang waktu itu masih kosong.

Petronas Twin Tower

Walaupun masih cape, tapi kita gak mau rugi ngelewatin malam itu cuman di hostel. Malam itu dengan monorail kita turun di stasiun Bukit Nanas untuk menuju Petronas Twin Tower yang terkenal itu. Suasana kota waktu itu cukup sepi, mungkin karena libur, tidak begitu banyak kendaraan yang lalu-lalang.

Petronas Twin Tower Pas turun di Bukit Nanas sudah mulai terlihat bangunan tinggi dengan lampu yang entah berapa ratus watt itu, tampak sangat kontras dengan pemandangan malam. Dengan jalan kaki kira-kira 10 menitan dari stasiun monorail itu kita nyampe di depan Petronas Tower. Ternyata sudah banyak orang disana, ngapain lagi kalau bukan poto-poto bernarsis ria.

Keesokan paginya kita udah ngantri untuk tiket naik ke Skybridge Petronas. Ngantri dari jam 9 dan setalah nunggu hampir sejam, akhirnya dapat juga tiket untuk naik jam 5:15 sore. Banyaknya yang ngantri mungkin selain memang objeknya menarik, juga tiketnya gratis. Dan kalau gratisan gini pastila banyak orang Indonesia yang ikut ngantri. Sore itu selepas dari genting kita naik ke Skybridge barengan dengan rombongan dari Bandung.

Skybridge ini menghubungkan kedua menara Petronas di lantai 42 dan 42. Saking tingginya, di dalam skybridge itu sampai kerasa ada goyangan-goyangan halus. Memang designnya demikian katanya. Wah gimana rasa di penthousenya ya?

Objek wisata kedua yang sempat dikunjungin adalah Genting. Manager hostel nggak rekomendasiin sih, bosen katanya. Ya dia kali bosen, kita mah kan belom pernah. Pagi itu setelah ngantri tiket buat naik Skybridge Petronas tower, akhirnya kita putuskan naik taksi ke Genting.

Sebenarnya ada bus reguler dari KL Sentral untuk menuju kesana, namun tidak cocok dengan jadwal kita yang mepet. Lagipula kasihan sama itu sopir taksinya udah sepertiga maksa buat naek taksinya.

Lumayan juga sih dapat penjelasan sedikit pariwisata malaysia sama dimampirin dulu ke Gallery Cokelat. Menurut kabar katanya hampir semua orang Indonesia yang ke Genting pasti beli oleh-oleh cokelat dari sana. Dan itu memang terbukti pas kita pulang, di tempat nunggu boarding menuju Jakarta hampir semua pada bawa tas cokelat yang sama.

Galeri Coklat Di gallery cokelat ini kita bisa nyicipin dulu berbagai jenis dan rasa cokelat, dari mulai rasa stoberi, kelapa, tiramisu, sampe durian yang jadi kebanggaan orang sana. Kalaupun gak niat beli, mendingan puas-puasin deh nyicipin cokelatnya. Waktu itu kita borong beberapa kotak cokelat untuk oleh-oleh.

Dari Gallery Cokelat perjalanan diteruskan dan akhirnya nyampai juga di tanah tinggi Genting. Tempat ini merupakan paduan resort, amusement park kayak Dufan, sampai casino.

Karena ada di gunung jadinya ya dingin banget, sampai berkabut. Untuk naik ke Genting sebenarnya bisa pakai kereta gantung atau disebut jejantas udara, namun karena kita udah dianterin sampai atas pakai taksi jadinya naek kereta gantungnya pas turun saja.

Jejantas Genting Highland Turun dari Genting pake kereta gantung itu bikin sport jantung juga ternyata. Menggantung tinggi di atas hutan berkabut dengan arah menurun memberikan sensasi tersendiri. Pulang dari Genting dengan naik bus saya cape sekali sampai tertidur pulas.

Finally..

Usai sudah perjalanan kita, tengah malam itu dengan pesawat yang didelay 2 jam lebih kita meninggalkan Kualalumpur, menuju Jakarta kembali, barengan dengan orang-orang yang baru pulang nonton F1 di Sepang. Sampai Cengkareng sudah menjelang pagi… bobo bentar, istirahat dan kembali ke rutinitas. Ya hari itu Senin…dan saya benci Senin.

Mengesankan sekali perjalanan 9 hari 8 malam ini, banyak pengalaman menarik yang bisa diapat. Mata saya jadi terbuka (baru dikit sih) luas sekali bumi ini, beragam sekali orang-orang dengan budayanya masing-masing.

Jika ada kesempatan ingin sekali menjelajah bagian dunia lainnya. Mungkin habisin dulu Asia Tenggara ya, masih ada Myanmar Kamboja, Vietnam. Dan jangan lupa masih banyak juga daerah di Indonesia yang gak kalah menariknya.

Poto-poto Kualalumpur yang lain bisa dilihat di Galeri Foto Kuala

Sampai jumpa di trip selanjutnya…entah kapan…entah kemana…entah dengan siapa…entahlah.

comments powered by Disqus

Related Posts

Melongok negeri seberang #5: Ko Phi Phi

Dari kota ke pinggiran Kita check-out dari Urban Age sekitar jam 10 pagi untuk mengejar pesawat jam 13:30 . Sayangnya tidak sempat pamitan dengan manager hostel yang ramah dan informatif itu, yang lagi standby saat itu orang lain yang baru kenal.

Read more

Melongok negeri seberang #4: Masih di Bangkok

Museum, Mansion dan another Wat Jalan-jalan di Bangkok babak kedua ini masih bareng sama Daigo-kun yang membatalkan rencananya ke Tiger Temple karena waktu yang mepet.

Read more

Melongok negeri seberang #3: Bangkok

Welcome to Bangkok Setelah lolos dari hampir ketinggalan pesawat di Changi, akhirnya sampai juga dengan selamat di Suvarnabhumi. Antrian imigrasi waktu itu sangat panjang, lumayan lama saya nunggunya, mungkin sekitar setengah jam.

Read more