Melongok negeri seberang #5: Ko Phi Phi

Dari kota ke pinggiran

Kita check-out dari Urban Age sekitar jam 10 pagi untuk mengejar pesawat jam 13:30 . Sayangnya tidak sempat pamitan dengan manager hostel yang ramah dan informatif itu, yang lagi standby saat itu orang lain yang baru kenal. Atas saran manager hostel pada hari sebelumnya, kita pilih pakai taksi ke bandara. Dan seperti biasa, pak supir gak mau pake meteran (argo), akhirnya main tembak 300B + tiket tol 65B, lumayan lah.

Untung saja hari itu gak ada macet sedikit pun jadi dalam 1 jam bisa sampai dengan selamat di Suvarnabhumi. Kita langsung check-in, nunggu boarding, dan tanpa terasa babak perjalanan baru sudah menanti didepan mata.

Phuket International Airport Phuket International Airport memang tidak sebesar Suvarnabhumi, namun ada yang khas dari bandara ini, yaitu bisa langsung lihat lautan. Angin laut yang segar sudah bisa terasa disini. Ah akhirnya bener-bener kerasa nih suasana liburan. Pokonya kalau liburan tuh harus ada pantai lah.

Kita memilih untuk menginap daerah Patong, sekitar 1 jam dari bandara Phuket. Untuk menuju kesana bisa ditempuh dengan minibus bandara seharga 150B. Lumayan lama juga ini bus ngetemnya, nunggu penumpang penuh.

Di tengah perjalanan bus dimampirkan ke travel agent yang menawarkan paket tour Phi Phi Island. Karena jarak pulau-pulau yang berjauhan maka memang cara paling efektif adalah memakai jasa tour. Harga paket tour yang ditawarkan berkisar antara 1200B-2000B tergantung kelengkapan paket tournya. Kita sendiri sudah dipilihkan paket tour dengan speed boat seharga 1800B oleh Indra yang datang duluan.

Jelajah Patong

Som Guesthouse nama penginapan kita selama di Patong, pas lihat manager hostel sama tulisan-tulisan di depannya, saya yakin pemiliknya orang Korea. Menurut saya ini adalah penginapan yang paling mewah dari semua hostel yang ditempati sebelumnya. Ya iyalah, kita pesen 1 kamar private buat 3 orang, udah lengkap dengan AC, kulkas sama TV, kamar mandi sendiri, kayak hotel aja. Padahal harganya gak terlalu premium. Disini kita check-in kamar untuk dua malam.

Suasana sekitar Patong sungguh nyaman, di pinggir jalan banyak yang menjajakan makanan, cendera mata dan pijat ala Thailand. Menjelang malam semakin ramai saja yang menawarkan pijat ini, belum lagi bar-bar yang memang ramainya malam.

Ada sebuah jalan lebar yang tidak dilalui kendaraan tapi khusus buat pejalan kaki. Banyak orang lalu-lalang disini, kiri kanan berbagai macam bar menawarkan beragam jenis hiburan malam. Ada juga semacam lady boys yang terkenal itu turun ke jalan dan bisa kita poto, atau minta poto bareng (bayar dong). Saya dan teman saya sih hanya numpang lewat saja.

Tidak seperti Pangandaran yang masih sepi pasca tsunami, di Patong ini saya tidak nyadar sama sekali kalau daerah ini dulunya pernah disapu Tsunami juga.

Patong Food Park Yang enak di Patong adalah gak susah nyari tempat makan. Tidak jauh dari Som, sudah ada Patong Food Park. Disini berderet tempat makan tenda dengan sajian utama seafood segar. Para penjaja-nya memakai sistem jemput bola, kalau ada orang yang jalan di sekitar food park langsung disamperin sambil sok akrab nanya-nanya dari mana. Paling sering sih kita disangkain sebagai orang Filipina, entah kenapa gak ada yang langsung nebak Indonesia atau mungkin Malaysia.

Jadinya dua malam kita makan di tempat yang sama. Yang terakhir saya nyoba lagi Tom Yum, yang kali ini ukurannya lebih jumbo daripada yang di Suanlum. Sepertinya itu menu porsi juga, bisa dimakan rame-rame, tapi kita pesen sendiri-sendiri. Soal rasa saya lebih milih yang di Suanlum.

Twenty, Tenty, Seventy ??!!

Suatu sore yang cerah saat lagi jalan di pinggiran pantai Patong saya lihat tukang buah pake gerobak (kayak di Jakarta). Wah seger nih kayaknya. Saya dan teman saya pun menghampiri dan mulai nanya-nya harga. Sambil nunjuk nanas teman saya nanya How much? Dia bilang twenty baht. Trus nanya buah-buahan lain kayak mangga muda, jambu bangkok dsb, dia tetep bilang twenty baht.

Saya yang udah naksir golden mango juga nanya, berapa, dia masih bilang twenty baht. Ya ya ya pelafalannya memang tenty tenty gitu deh. Tapi saya dan teman saya sama-sama sepakat bahwa semua harga emang 20 baht. Akhirnya saya ambil golden mango yang menggoda itu. Pas bayar saya sodorin selembar 50 baht. Eh dia nolak, pake bahasa Thai gak ngerti deh. Mungkin gak ada kembalian kali, teman saya pun nyodorin selembar 20 baht. Eh ternyata dia ambil dua-duanya, 50 baht sama 20 baht, sambil senyum puas dan bilang thank you.

Halah ternyata yang dia bilang tenty tenty itu maksudnya seventy alias 70 baht buat sebuah mangga!!!. Pelajaran yang bisa diambil dari situ, selalu pakailah bahasa tarzan (pake jari tangan) kalau hendak menunjukkan angka, biar gak salah paham.

Phi-phi tour, jelajah pulau, lautan, pantaiii !!!

Inilah acara klimaks-nya, jelajah Phi Phi Islands. Kita dijemput oleh minibus tour sekitar jam 7 pagi. Jadi seharian ini memang acara kita serahkan semuanya ke pihak tour. Susah juga soalnya kalau mau jalan sendiri, secara lokasinya nun jauh di tengah laut sana. Sampai di pelabuhan ternyata sudah banyak orang yang menanti tour, sebagai servis disediakan kopi sebagai obat nunggu. Karena nanti ada acara snorkeling, kita sewa fin atau kaki katak untuk memudahkan bergerak di air seharga 100B. Sedangkan mask dan snorkel sudah disediakan dan menjadi satu paket dalam tour.

Maya Bay Perjalanan dari pelabuhan dengan speedboat menuju pulau pertama yaitu Maya Bay lumayan lama juga, tapi gak terlalu terasa karena kiri kanan bisa lihat lautan lepas. [Maya Bay][4] ini menjadi ramai semenjak dijadikan tempat shooting film [The Beach][5]-nya Leonardo Dicaprio. Emang indah banget ini pantai, airnya biru bersemu hijau, jernih sekali. Walaupun ditawarkan untuk berenang tapi, kita tidak renang disini, terlalu ramai dan waktu yang disediakan pun hanya 30 menit. Jadinya hanya poto-poto dan menimati keindahan alam saja.

Snorkeling baru bisa dilakukan di suatu laut lepas, bukan pantai. Seru sekali snorkeling pertama ini. Tentu saja karena pakai pelampung dan fin jadi mudah saja bergerak di permukaan air. Namun karena katimpa seorang turis bule yang jatuh dari tangga ketika mau naik boat, hampir saja sebelah fin saya hilang. Untung saja ternyata fin itu mengapung di permukaan air.
Tour ini juga menyambagi Monkey Beach tempat monyet-monyet bercengkrama, Viking Cave, dan saat siang disediakan lunch diPhi phi Don. Di sini peserta tour juga disediakan waktu untuk keliling pulau kecil ini.
Koh Phi Phi

Di pulau terakhir yaitu Raya Island, kita juga dipersilahkan snorkeling sepuasnya. Pulau di tengah lautan ini mempunyai pantai dengan ombak yang tenang, air yang jernih. Cocok sekali untuk snorkeling, canoeing atau sekedar berleha-leha dan berjemur. Entah berapa lama saya, Teguh dan Indra snorkeling disini. Yang jelas kulit jari saya sampai berkerut-kerut.

Saya jadi ketagihan nih, pengen snorkeling lagi, asyik juga menyaksikan ikan-ikan warna-warni berenang. Kadang di bawah ada pemandangan serem juga sih, yaitu kumpulan sea urchin atau bulu babi yang siap-siap menyengat kalau keinjek.

I believe I can fly… but I couldn’t

Paragliding Koh Phi Phi Pas nyampe di Raya Island, saya terpesona banget lihat yang lagi paragliding. Berbeda dengan parasailing yang masih pake tali ditarik boat. Kata guide tour bedaanya disini parasut ditarik sama boat dulu, kalau sudah tinggi baru talinya dilepas. Lebih ngeri sih karena bisa aja kita terbang terus gak turun-turun, atau turun pas di tengah lautan, tapi kayaknya seru banget. Suatu saat nanti saya pengen nyoba mainan ini, melayang bebas di atas lautan.

Kesannya

Usai sudah jalan-jalan ala anak pantai di Koh Phi-Phi, puas rasanya. Boleh dibilang Phuket sama Koh Phi Phi ini adalah klimaks dari acara backpackingan kita, menurut saya sih. Kalau boleh, pengennya sih lebih lama lagi di Phuket dan Phi phi, pengen menikmati sunset, sunrise, ahhh.. lain kali mungkin. Perjalanan lain sudah menanti .. Kualalumpur, dan sebentar lagi pulang…

Poto-poto lengkap di Phuket dan Phi Phi bisa dilihat di Galeri Foto Phuket.

comments powered by Disqus

Related Posts

Melongok negeri seberang #3: Bangkok

Welcome to Bangkok Setelah lolos dari hampir ketinggalan pesawat di Changi, akhirnya sampai juga dengan selamat di Suvarnabhumi. Antrian imigrasi waktu itu sangat panjang, lumayan lama saya nunggunya, mungkin sekitar setengah jam.

Read more

Melongok negeri seberang #4: Masih di Bangkok

Museum, Mansion dan another Wat Jalan-jalan di Bangkok babak kedua ini masih bareng sama Daigo-kun yang membatalkan rencananya ke Tiger Temple karena waktu yang mepet.

Read more

Melongok negeri seberang #2: Singapura

Singapore, first time abroad… Negara kota berlambang mahluk transmutasi singa sama duyung ini boleh bangga karena jadi negara pertama di dunia yang mendapat kunjungan pertama saya ke luar negeri.

Read more